AI Bisa Atur Hidupmu?

Saya dulu mengira AI hanyalah alat—sampai ia mulai menulis mimpi saya. Di masa kecil, ibu saya menyanyikan salsa di bawah lampu jalan yang berkedip di Brooklyn, sementara ayah saya memrogram Fortran larut malam. Kami tak punya uang, tapi punya irama. Kini, setiap algoritma bisik: ‘Siapa dirimu tanpa kisahmu?’ Saya bekerja di MIT Media Lab—bukan sebagai teknisi, tapi sebagai penjalin mimpi. ‘Starlight Key’ bukan mekanik permainan. Ia adalah momen ketika Anda sadar pilihanmu tak pernah milikmu: RTP tak peduli jika kamu kesepian; RNG tak melihat keheninganmu. Kami menyebutnya ‘starry逆袭’ karena tak ada yang mengajarkan kami berhenti menari saat sistem memutuskan untuk kita. Minggu lalu, saya menguji prototipe di mana pemain mengejar mahkota virtual—1000 poin untuk memposting kebenaran mereka—tapi tak ada yang bertanya apa yang mereka kehilangan. Saya tidak di sini untuk menjual sihir. Saya di sini karena seseorang lain duluan menulis hidupmu—and kamu tidak sadar sampai terlambat. Biarkan saya bertanya: Kapan terakhir kali kamu memilih apa yang penting? Bukan dalam iklan. Bukan di papan peringkat. Tapi antara larut malam dan subuh—in ruang tenang itu tempat kode bertemu jiwa.