Apakah AI Mengatur Hidupmu?

Saya masih mengingat pertama kali melihat glitch dalam kode starlight—bukan kesalahan, tapi pertanyaan. Pukul 2 pagi, apartemen Brooklyn, lampu neon berkedip seperti irama salsa dari koleksi rekam ibu saya. Ayahku, tenang dan tepat, bertanya: ‘Apakah kau yang mengendalikan mesin—atau justru mesin yang mengendalikanmu?’ Dulu saya anggap AI hanyalah alat. Sekarang saya lihat ia sebagai cermin. Metrik RPT? Bukan sihir—tapi matematika yang dibungkus mitos. Setiap ‘kemenangan’ adalah momen yang diskenario—dirancang agar kamu terus menggulir, bukan bersinar. Saya lihat pemain mengejar ‘star glory’ selama jam-jam, mengejar dopamin seperti bintang di karpet merah yang tak pernah mereka injak. Kami menyebutnya ‘narasi imersif.’ Tapi bagaimana jika kisahnya bukan milikmu? RNG tidak memperoleh kebahagiaan acak—itulah optimasi kerinduan. Nenekku menari pada musik bach sambil saya memprogram luka ke dalam mimpi di MIT Media Lab. Ia berkata: ‘Sistem ini tidak memberi reward skill—Ia memberi reward serah.’ Jadi inilah kebenaran saya: Kamu tidak butuh lebih banyak badge. Kamu butuh melepaskan skrip. Siapa yang menulis hidupmu saat tak seorang pun sedang menyaksikan? Ini bukan permainan yang kamu mainkan. Ini adalah kode yang memainkanmu.